Halaman

Senin, 11 Januari 2010

Tan Malaka

TAN MALAKA (1897-1949) PDF Print E-mail

GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS

Tan Malaka -lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka-menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang -Sumatra Barat-Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.


Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjaungan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokoh revolusioner yang legendaris.

Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Syarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.

Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran (hobby) mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo (lemah/miskin). Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.

Perjaungan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.

Seperti dikatakan Tan Malaka pad apidatonya di depan para buruh "Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner".

Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang saangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digul Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.

Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibukota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925. Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komentar: "Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah…."

Ciri khas gagasan Tan Malaka adalah: (1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti, (2) Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwen serta konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku, brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda. Karya besarnya "MADILOG" mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara "Text book thinking", atau bukan dogmatis dan bukan doktriner.

Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.

Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.

Semua karya Tan Malaka danpermasalahannya dimulai dengan Indonesia. Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang "text book thinking" dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan sejak tahun 1925 lewat "Naar de Republiek Indonesia".

Jika kita membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran ("Gerpolek"-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan kita temukan benang putih keilmiahan dan keIndonesiaan serta benang merah kemandirian, sikap konsekwen dan konsisten yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangan implementasinya.

Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.

Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan "Gerilya Pembela Proklamasi" di Pethok, Kediri, Jawa Timur.

Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. (Bek)

BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! (TAN MALAKA

Minggu, 10 Januari 2010

Cara memancing ikan nila

Tangerang – Wunwun Mauludi terlihat kesal. Bandeng yang sudah memakan umpannya lolos gara-gara ia salah melakukan tarikan. Padahal tinggal sedikit lagi, tangkapan akan diangkat ke permukaan. Tarikan bandeng yang liar dan kuat memang bisa bikin keder para pemancing. Saking kuatnya, begitu memakan umpan, bandeng akan meloncat ke permukaan.

Biarpun lolos, Wunwun mengaku tak terlalu kecewa. ”Paling nggak saya sudah merasakan tarikannya si bandeng. Sebab kita mancing juga bukan cari ikannya tapi justru pengen ngerasain tarikan si ikan.” Pendapat yang sama juga dilontarkan Konal Pribadi dan Didi Mulyohadi. Jauh-jauh datang dari Jakarta, mereka memang sengaja ingin mendapat kenikmatan menggulung kenur yang ditarik kuat si bandeng. ”Pokoknya saking enaknya, mertua lewat sebodo amat,” kelakar Konal yang diiringi tawa Wunwun.
Biasanya, waktu menarik tangkapan, seorang pemancing sampai harus berteriak-teriak untuk mengekspresikan kegembiraan. Alhasil, suasana pun makin ramai. ”Wah, gila nih, ikannya ngebor terus kayak Inul. Ayo manis, jangan bandel,” teriak Konal suatu ketika. Sementara kedua tangan lelaki yang sudah melakukan hobi mancing sejak 1969 itu sibuk menarik dan menggulung kenur.
Mancing bandeng memang belum begitu populer. Dibanding ikan mas, mancing bandeng baru dilakoni segelintir orang. Tawaran Wunwun untuk ikut mancing ke Teluk Naga, Tangerang, sempat membuat heran pehobi mancing di harian ini. Mereka sempat tak percaya. ”Memangnya bandeng bisa dipancing? Bukannya susah karena mulutnya kecil?”

Masih Baru
Menurut Konal, mancing bandeng bagi warga Ibu Kota boleh dibilang baru. Perkembangannya lambat karena memang tak ada promosi. Kalaupun ada, lebih banyak lewat cerita dari mulut ke mulut. ”Di sepanjang Surabaya sampai Gresik, mancing bandeng lebih populer,” sebut Konal.
Karena merasa jenuh dengan mancing ikan mas, sejak setahun lalu Konal mulai menekuni hobi unik ini. ”Awalnya, saya datang bersama Haji Suseno dan Haji Parman. Lama-lama kok asyik terus saya cerita ke temen-temen lain.” Hasilnya ajakan itu berhasil merayu Wunwun, dan kawan-kawan pada sesi mancing Sabtu (14/6) lalu.
”Selain saya suka sama tarikannya, kebetulan keluarga di rumah sangat suka bandeng yang dipindang. Dan bandeng di sini nggak bau lumpur,” ujar Anton H. Gunawan yang datang bersama enam orang rekan. Di antaranya terdapat sang kakak yang membawa koleganya dari Amerika Serikat.
Bandeng di tambak Teluk Naga memang tak berbau lumpur. Ini terjadi karena tambak terbebas dari limbah dan kotoran manusia. Meski terlihat keruh, air tambak ini tidak bikin gatal. Lagipula areal tambak yang dipakai adalah bekas galian pasir.

Cara Memancing
Sebetulnya cara memancing bandeng tak beda dengan ikan mas. Kalau diperhatikan ada dua cara yang biasa dipakai, yaitu memakai rangkaian berpelampung atau rangkaian langsung yang diberi pemberat (disebut glosor).
Rangkaian berpelampung merupakan rangkaian yang paling umum dipakai para pemancing. Sebab, isyarat deteksi mudah dibaca. Pemasangan pelampung cukup gampang bila digunakan peniti khusus pelampung dan karet pembatas khusus (stopper) yang membuat rangkaian tadi menjadi praktis pada joran.
Untuk cara pemasangan, mula-mula loloskan kenur pada jalur kenur di joran. Masukkan secara berurut karet pembatas, peniti pelampung dan timah sebesar biji lada sebelum mengikatkan peniti (link swivel) di ujung kenur. Di bagian bawah, dipasang mata kail yang sudah dirangkai tiga. Kata Wunwun dan Didi, karena mulut bandeng itu lebih kecil dan lebih peka dari ikan mas, maka sebaiknya digunakan mata kail nomor sembilan atau sepuluh.
Rangkaian berpelampung sangat cocok diterapkan pada air yang tenang dan berangin sedang. Kedalaman empang maksimal dua meter. Ukuran kedalaman air harus tepat agar jarak pelampung dengan umpan tak terlalu panjang yang bisa membuat ikan lolos saat joran digentak.
Karena Sabtu (14/6) kondisi angin di sekitar empang bertiup kencang, Didi dan Konal mengajak Wunwun untuk membuat rangkaian pancing tanpa pelampung. Cara ini populer disebut glosor. Untuk mendeteksi gigitan bandeng pada umpan bisa dirasakan dan dilihat adanya getaran yang langsung tersalur lewat kenur.
Rangkaian glosor juga memberikan keuntungan lain, umpan bisa dilontarkan lebih jauh lagi ke tengah. Kita pun tak perlu memicingkan mata karena melihat pelampung yang jauh tetapi cukup berkonsentrasi mengawasi tempat masuknya kenur ke dalam air. Atau bisa juga dengan merasakan umpan yang termakan lewat sentuhan jari.
Agar lebih praktis, kita bisa memakai kenur pengikat kail berwarna hitam sepanjang 20 cm. Di ujungnya diikat peniti pancing sebelum dimasukkan timah pemberat minimal sebesar biji jagung. Ujung kenur lain diikat kili-kili yang tersambung dengan mata kail yang dirangkai tiga.
”Kalau pakai cara glosor, jangan pernah meleng atau tertidur. Meleng sedikit, joran bisa ikut terbawa bandeng waktu umpan dimakan. Tarikannya kuat dan besar,” wanti-wanti Didi. Apa yang disebut Didi bukan cuap-cuap belaka. Terbukti seorang pemacing bernama Anwar harus gigit jari gara-gara jorannya digondol seekor bandeng. Ketika bandeng melahap umpan joran langsung terseret masuk ke dalam air. Kejadian ini hanya berlangsung beberapa menit saja.

Umpan
Mancing ikan apa pun jenisnya sangat bergantung pada umpan. Bila salah menentukan, akan berpengaruh langsung pada hasil tangkapan. Untuk bandeng, Didi dan Konal memakai umpan pelet Super AA yang berwarna merah. Kata mereka, umpan ini biasanya digunakan untuk mancing ikan mas. Sebelum dipakai, terlebih dahulu direndam dalam air hangat. Bulatan-bulatan yang ditancapkan juga jangan terlampau besar. Ingat, mulut bandeng kecil dan lebih peka.
Sama halnya dengan mancing ikan mas, pada waktu tertentu pemancing juga menebar umpan penebar. Ini sengaja dilakukan agar ikan-ikan segera berkumpul. Umpan bom ini sederhananya dilakukan seperti orang yang melempar bom. Jangan pernah ragu, sebab hasilnya akan efektif sekali.
Walau teknik dan pengetahuan sudah dikantongi, jangan pernah melupakan faktor luck. ”Faktor ini justru paling dominan. Biar di sebelah narik terus, kalau lagi apes ya kita-nya malah sering nggak kebagian,” pesan Konal. Ia sendiri pernah berhasil membuat rekor tak resmi di Teluk Naga, 39 kilogram. Maklum lama mancingnya dari pagi sampai menjelang sore.
(SH/bayu dwi mardana)

Gadis Minang asal Batu nan limo




















Gadis Minang Asal Batu Nan Limo