Rabu, 13 Januari 2010
Senin, 11 Januari 2010
Tan Malaka
TAN MALAKA (1897-1949) |
| |
GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS Tan Malaka -lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka-menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang -Sumatra Barat-Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.
|
Minggu, 10 Januari 2010
Cara memancing ikan nila
Biarpun lolos, Wunwun mengaku tak terlalu kecewa. ”Paling nggak saya sudah merasakan tarikannya si bandeng. Sebab kita mancing juga bukan cari ikannya tapi justru pengen ngerasain tarikan si ikan.” Pendapat yang sama juga dilontarkan Konal Pribadi dan Didi Mulyohadi. Jauh-jauh datang dari Jakarta, mereka memang sengaja ingin mendapat kenikmatan menggulung kenur yang ditarik kuat si bandeng. ”Pokoknya saking enaknya, mertua lewat sebodo amat,” kelakar Konal yang diiringi tawa Wunwun.
Biasanya, waktu menarik tangkapan, seorang pemancing sampai harus berteriak-teriak untuk mengekspresikan kegembiraan. Alhasil, suasana pun makin ramai. ”Wah, gila nih, ikannya ngebor terus kayak Inul. Ayo manis, jangan bandel,” teriak Konal suatu ketika. Sementara kedua tangan lelaki yang sudah melakukan hobi mancing sejak 1969 itu sibuk menarik dan menggulung kenur.
Mancing bandeng memang belum begitu populer. Dibanding ikan mas, mancing bandeng baru dilakoni segelintir orang. Tawaran Wunwun untuk ikut mancing ke Teluk Naga, Tangerang, sempat membuat heran pehobi mancing di harian ini. Mereka sempat tak percaya. ”Memangnya bandeng bisa dipancing? Bukannya susah karena mulutnya kecil?”
Masih Baru
Menurut Konal, mancing bandeng bagi warga Ibu Kota boleh dibilang baru. Perkembangannya lambat karena memang tak ada promosi. Kalaupun ada, lebih banyak lewat cerita dari mulut ke mulut. ”Di sepanjang Surabaya sampai Gresik, mancing bandeng lebih populer,” sebut Konal.
Karena merasa jenuh dengan mancing ikan mas, sejak setahun lalu Konal mulai menekuni hobi unik ini. ”Awalnya, saya datang bersama Haji Suseno dan Haji Parman. Lama-lama kok asyik terus saya cerita ke temen-temen lain.” Hasilnya ajakan itu berhasil merayu Wunwun, dan kawan-kawan pada sesi mancing Sabtu (14/6) lalu.
”Selain saya suka sama tarikannya, kebetulan keluarga di rumah sangat suka bandeng yang dipindang. Dan bandeng di sini nggak bau lumpur,” ujar Anton H. Gunawan yang datang bersama enam orang rekan. Di antaranya terdapat sang kakak yang membawa koleganya dari Amerika Serikat.
Bandeng di tambak Teluk Naga memang tak berbau lumpur. Ini terjadi karena tambak terbebas dari limbah dan kotoran manusia. Meski terlihat keruh, air tambak ini tidak bikin gatal. Lagipula areal tambak yang dipakai adalah bekas galian pasir.
Cara Memancing
Sebetulnya cara memancing bandeng tak beda dengan ikan mas. Kalau diperhatikan ada dua cara yang biasa dipakai, yaitu memakai rangkaian berpelampung atau rangkaian langsung yang diberi pemberat (disebut glosor).
Rangkaian berpelampung merupakan rangkaian yang paling umum dipakai para pemancing. Sebab, isyarat deteksi mudah dibaca. Pemasangan pelampung cukup gampang bila digunakan peniti khusus pelampung dan karet pembatas khusus (stopper) yang membuat rangkaian tadi menjadi praktis pada joran.
Untuk cara pemasangan, mula-mula loloskan kenur pada jalur kenur di joran. Masukkan secara berurut karet pembatas, peniti pelampung dan timah sebesar biji lada sebelum mengikatkan peniti (link swivel) di ujung kenur. Di bagian bawah, dipasang mata kail yang sudah dirangkai tiga. Kata Wunwun dan Didi, karena mulut bandeng itu lebih kecil dan lebih peka dari ikan mas, maka sebaiknya digunakan mata kail nomor sembilan atau sepuluh.
Rangkaian berpelampung sangat cocok diterapkan pada air yang tenang dan berangin sedang. Kedalaman empang maksimal dua meter. Ukuran kedalaman air harus tepat agar jarak pelampung dengan umpan tak terlalu panjang yang bisa membuat ikan lolos saat joran digentak.
Karena Sabtu (14/6) kondisi angin di sekitar empang bertiup kencang, Didi dan Konal mengajak Wunwun untuk membuat rangkaian pancing tanpa pelampung. Cara ini populer disebut glosor. Untuk mendeteksi gigitan bandeng pada umpan bisa dirasakan dan dilihat adanya getaran yang langsung tersalur lewat kenur.
Rangkaian glosor juga memberikan keuntungan lain, umpan bisa dilontarkan lebih jauh lagi ke tengah. Kita pun tak perlu memicingkan mata karena melihat pelampung yang jauh tetapi cukup berkonsentrasi mengawasi tempat masuknya kenur ke dalam air. Atau bisa juga dengan merasakan umpan yang termakan lewat sentuhan jari.
Agar lebih praktis, kita bisa memakai kenur pengikat kail berwarna hitam sepanjang 20 cm. Di ujungnya diikat peniti pancing sebelum dimasukkan timah pemberat minimal sebesar biji jagung. Ujung kenur lain diikat kili-kili yang tersambung dengan mata kail yang dirangkai tiga.
”Kalau pakai cara glosor, jangan pernah meleng atau tertidur. Meleng sedikit, joran bisa ikut terbawa bandeng waktu umpan dimakan. Tarikannya kuat dan besar,” wanti-wanti Didi. Apa yang disebut Didi bukan cuap-cuap belaka. Terbukti seorang pemacing bernama Anwar harus gigit jari gara-gara jorannya digondol seekor bandeng. Ketika bandeng melahap umpan joran langsung terseret masuk ke dalam air. Kejadian ini hanya berlangsung beberapa menit saja.
Umpan
Mancing ikan apa pun jenisnya sangat bergantung pada umpan. Bila salah menentukan, akan berpengaruh langsung pada hasil tangkapan. Untuk bandeng, Didi dan Konal memakai umpan pelet Super AA yang berwarna merah. Kata mereka, umpan ini biasanya digunakan untuk mancing ikan mas. Sebelum dipakai, terlebih dahulu direndam dalam air hangat. Bulatan-bulatan yang ditancapkan juga jangan terlampau besar. Ingat, mulut bandeng kecil dan lebih peka.
Sama halnya dengan mancing ikan mas, pada waktu tertentu pemancing juga menebar umpan penebar. Ini sengaja dilakukan agar ikan-ikan segera berkumpul. Umpan bom ini sederhananya dilakukan seperti orang yang melempar bom. Jangan pernah ragu, sebab hasilnya akan efektif sekali.
Walau teknik dan pengetahuan sudah dikantongi, jangan pernah melupakan faktor luck. ”Faktor ini justru paling dominan. Biar di sebelah narik terus, kalau lagi apes ya kita-nya malah sering nggak kebagian,” pesan Konal. Ia sendiri pernah berhasil membuat rekor tak resmi di Teluk Naga, 39 kilogram. Maklum lama mancingnya dari pagi sampai menjelang sore.
(SH/bayu dwi mardana)