Tim ini dipimpin oleh HL. van Hasselt, seorang Peneliti Belanda yang digagas oleh dan disupervisori oleh Pieter Johannes Veth, seorang sarjana Belanda terkemuka tentang Hindia Belanda, yang sampai akhir hayatnya tidak pernah menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.
Disamping buku diatas, Van Hasselt juga menulis satu artikel, “De pidato bij de feesten der Manangkabo-Maleiers” dalam Bijdragen tot de Taal- Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, ter gelegenheid van het zesde internationale congres der orientalisten te Leiden, vol: taal en letterkunde (‘s Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1883, hal. 228-36) tentang pidato pasambahan di Minangkabau (darek). Van Hasselt juga menulis sendiri satu buku, yaitu: De talen en letterkunde van Midden-Sumatra. Leiden: E.J. Brill, 1881) yang antara lain memuat berbagai genre sastra tradisional Minangkabau yang dicatatnya selama Ekspedisi Central Sumatra, yaitu Kaba Murai Batu; puisi Minang yang biasa didendangkan (liedtjes) yang meliputi pantun, ibarat, talibun dan pidato; teka-teki; Cerita Tuanku nan Caredek: fragmen sejarah Pariaman; peribahasa atau pameo (spreekworden); fragmen-fragmen cerita tentang negeri Muko-muko dan XII Koto (aksara Jawi); satu prosesi cara mengambil madu lebah sialang; dan satu surat kepercayaan (geloofbrief) Minangkabau beraksara Jawi.
Disamping itu, Tim tersebut juga banyak mempekerjakan pribumi dan kuda-kuda dari tanah batak yang sangat terkenal dimasanya sebagai pengangkut perbekalan menaiki dan menurunin gunung dan bukit di dataran tinggi Sumatra bagian tengah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar