dalam konteks pituah ini diajarkan rasa kebersamaan, senasib sepenanggungan baik susah maupun senang dimana rasa berbagi dalam masyarakat minang yang berupaya memperbaiki kualitas hidup secara lahir & bathin, bahu membahu & bergotong royong.
Tuntunan hidup yang menggunakan al Haq sebagai pedoman hidup adalah kebenaran yang tidak akan terbantahkan hingga akhir jaman, dimana Allah SWT telah memastikan hal itu dalam al Quran.
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” ( QS. al-Ma’idah: 48).
Jelas dituliskan pada QS. al-Ma’idah: 48 untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan tentu saja dengan ilmu & pengetahuaan yang kita miliki. Tidak satu pun ada ayat Al Quran yang menjelaskan untuk berlomba-lombalah mencari kekuasaan & kekayaan.
namun seiring berjalannya waktu, dimana kekuasaan lebih menarik dari pada hidup senasib sepenanggungan, dimana materi lebih berkilau dari pada persaudaraan, disitu pula dimulai kemunduran masyarakat minangkabau.
pendidikan tidak berbanding lurus dengan rasa persaudaraan, dimana pendidikan memakan waktu & biaya sehingga sebagai individu merasa waktu & biaya yang telah ia keluarkan tidaklah pantas dibagi pada sanak family.
dimaso kini, tantu labiah banyak urang minang nan labiah terdidik dari pado maso dahulu. Nan basikolah sampai jenjang S1, S2 bahkan S3. Kalau dietong-etong labiah banyak nan bamukim diparantauan daripado di ranah minang.
namun kini urang di rantau jarang nan ka pulang baliak tingga di kampuang, dek mungkin maraso indak baguno tingga di kampuang.
nan doktor labiah suko dirantau, karano banyak pasien nan bapitih, kok praktek dikampuang biko banyak nan perai. Nan pagawai labiah suko bakarajo di perusahaan, kok bausaho dikampuang baiko banyak lo dunsanak nan mintak ka perai pulo.
sabananyo, mencerminkan sikap nan indak picayo pado kemampuan diri sendiri, karano sikolah satinggi-tingginyo tatap juo bakarajo jo urang lain. nan namonyo bakarajo jo urang tantu harus patuah ka induak samang, dek alah bapuluah tahun patuah ka induak samang, sampai tagamang ka diri surang wakatu alah pensiun.
kok lah pensiun inyo, indak lo namuah pulang ka kampuang, dek lah tabiaso hiduk dirantau mangko tagamang hiduik dikampuang, dak talok hiduik dari hasia sawah sajo, kok makan dari hasia tabek sajo.
batambah pulo masalah nan baru, banyak panghulu nan jadi pejabat indak tacaliak pusako jo sanak dek sibuk hari-hari malobby-lobby jo bapolitik. Nan bedo kaum salingka nagari, lah tantu dunsanak urang nan sibuk, dipiliah pulo manjadi panghulu, tantu batambah petai – petai hiduik nanko.
batambah cilako seketek lai, dek dunsanak kito baragiah pulo gala datuak ka urang lua, nan urang kampuang lah maangguak pulo, mananti jatah nan indak kunjuang tibo.
Nak kaduang sibiran tulang, usah mangkaji mamajukan nagari, tinggi bana nak kanduang basikolah, kok indak babaliak tingga di kampuang, majukan sajo rantau nan di urang.
Nak kanduang sibiran tulang, usah mangkaji mamajukan ranah minang, indak baguno harato jo kapandaian di badan nanko, kok silaturahim indak kunjuang bajalani.
Nak kanduang sibiran tulang, jagolah kaum salingka nagari, mak tajago ranah minangkabau nanko. Usah dikaji nan gadang-gadang kalau nan ketek taruih taabaikan.
——————————————————————————————
Tulisan diatas bukan bermaksud menyindir bagi yang merasa tersindir, hanya berusaha mengingatkan bahwa mencari kehidupan yang lebih layak memang baik, menempuh pendidikan memang diharuskan, namun jangan melepaskan rasa sosial ditubuh kita.
Sebagai orang timur, solidaritas adalah salah satu modal terpenting untuk membangun masyarakat. Dimana hal ini tidak akan pernah kita dapatkan dari pendidikan yang kita tempuh. Dunia barat mengakui bahwa orang timur memang kalah ratusan tahun dengan teknologi, namun memiliki etos sosial yang jauh lebih tinggi dari dunia barat, hal ini telah dibuktikan oleh bangsa jepang, china & minangkabau dimasa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Solidaritas merupakan dasar dari ajaran masyarakat minangkabau, dimana anggota kaum seiya sekata, saling menjaga satu sama lain sehingga memilih seorang yang layak menjadi penghulu sebagai pemimpin.
Penghulu merupakan orang yang didengar kaumnya, karena dipilih dengan keikhlasan hati dari seluruh anggota kaum. Penghulu pula yang mengawasi anak kemanakan, yang membimbing keluarga-keluarga untuk saling tolong menolong sehingga menciptakan kaum yang kuat secara agama, sehat dan secara ekonomi, santun dalam berperilaku.
Kaum yang mengerti dengan kebersamaan akan memilih penghulu yang memiliki tenggang sosial yang tinggi pada kaumnya. Yang memiliki waktu berbagi pada kaumnya. Oleh karena itu dunsanak sekalian, pilihlah penghulu yang memiliki waktu untuk berbagi, penghulu yang bermukim di nagari.
Sering sekali kita mendengar berita, seorang pengusaha sukses atau seorang pejabat besar dipilih kaumnya sebagai penghulu. Merupakan suatu hal yang amat membanggakan karena penghulu adalah seorang yang sukses atau memiliki kekuasaan.
Namun dibalik itu apakah sang datuk penghulu memiliki waktu berbagi pada kaumnya? seyogyanya seorang penghulu berfungsi mengontrol anak kemanakan yang tersebar dalam sejumlah keluarga, berfungsi menjaga pusako kaum yang berupa properti yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang berupa tanah, sawah, kolam & perladangan. Akankah sang pengusaha & pejabat memiliki waktu untuk mengurusi tanah, sawah, kolam & perladangan?
Adalah alasan klise dengan menunjuk seorang panungkek yang bermukim di nagari untuk melaksanakan tugas seorang penghulu. Dan realitasnya panungkek itulah sebenarnya penghulu kaum, karena membagi waktu & perhatiaannya untuk kepentingan kaum salingka nagari.
Alangkah bijaksananya apabila kaum memilih panungkek tersebut untuk menjadi penghulu, bukan malah memilih anggota kaum yang seorang pengusaha atau penjabat.
semoga bermanfaat bagi dunsanak sekalian, kepada Allah kami bermohon ampun, amin ya Rabbal alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar